BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN, MENJELASKAN DAN
KETERAMPILAN BERTANYA
A. Keterampilan Membuka
Pelajaran
1. Pengertian Membuka
Pelajaran
Banyak orang beranggapan bahwa kesan pertama
dari suatu bentuk hubungan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Dengan kata lain pertemuan atau kesan yang baik akan
membuahkan hasil yang baik pula. Dengan demikian, keterampilan membuka
pelajaran mempakan kunci yang harus didahului dalam proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar yang dinamis tidak akan tercapai jika guru pada awal
pelajaran tidak bisa menarik perhatian siswa.
Membuka pelajaran atau set induction adalah
usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar
untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya
terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberikan
efek yang positif terhadap kegiatan belajar[1], dan
pada akhirnya akan memudahkan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Membuka pelajaran juga merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan
pengalaman siswa dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain membuka
pelajaran itu adalah kegiatan mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar
terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Dalam otak siswa itu sudah tersedia
kapling-kapling sesuai dengan pengalaman masing-masing. Suatu materi pelajaran
baru akan mudah diterima oleh otak kita manakala sudah tersedia kapling yang
relevan. Demikian juga sebaliknya materi pelajaran baru tidak mungkin mudah
dicerna manakala belum tersedia kapling yang relevan. Sama halnya dengan kerja
sebuah komputer, kita akan sulit memasukkan data seandainya belum tersedia
filenya. Oleh sebab itu agar data itu masuk dan dapat disimpan terlebih dahulu
perlu disiapkan filenya. Misalnya teori pesawat terbang akan sulit diterima
manakala diberikan kepada mahasiswa ekonomi yang sama sekali belum mengenal
teori tersebut. Oleh karena itu di otak mahasiswa tersebut belum tersedia
kapling tentang teori pesawat terbang. Nah,bagaimana agar materi
itu mudah diterima? Tentu saja kita harus membuat kapling (file) tentang
hal-hal yang berhubungan dengan pesawat terbang. Inilah makna dari kegiatan membuka pelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan
pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal kegiatan,
misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru,
memulai kegiatan diskusi, mengawali pekerjaan tugas dan lain-lain.[2] Contoh:
ketika guru ingin memberikan pelajaran baru tentang rukun Islam yang kelima
yaitu naik haji, guru dapat mengatakan seperti ini: ”Nah, anak-anak!
pada pertemuan ini kita akan mempelajari pokok bahasan baru tentang rukun Islam
yang kelima yaitu ’naik haji’. Tetapi sebelum kita pelajari lebih lanjut topik
itu, cobalah kalian perhatikan dahulu ke depan!, gambar apa yang ibu pegang ini?”.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa
keterampilan membuka pelajaran merupakan skill atau kemampuan
dasar yang dimiliki oleh setiap guru. Selanjutnya membuka pelajaran adalah
kegiatan awal yang dilakukan oleh guru setiap kali mengawali kegiatan
pembelajaran yang bertujuan untuk menyiapkan mental siswa dan sekaligus untuk
memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya.
2. Komponen-komponen
Dalam Kegiatan Membuka Pelajaran
Salah
satu usaha mengkondisikan kelas adalah adanya kegiatan membuka pelajaran
sebelum memasuki kegiatan inti. Oleh karena itu kegiatan membuka pelajaran
merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang memiliki peran yang penting
dalam menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan pengajaran
bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan
persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam
memperkenalkan pelajaran.
Keterampilan membuka pelajaran bukanlah sekedar kegiatan mengabsen siswa, atau meminta siswa berdo’a. Akan tetapi kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan menyiapkan mental siswa untuk siap menerima dan mengikuti pelajaran yang akan disampaikan. Oleh karena itu ada beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam kegiatan membuka pelajaran, dan merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai guru dalam kegiatan membuka pelajaran, meliputi : (1) Keterampilan menarik minat dan perhatian siswa, banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi. (2) Keterampilan menimbulkan dan meningkatkan motivasi siswa, dengan cara disertai suasana yang hangat dan keantusiasan karena salah satu ciri guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme, guru peduli dengan apa yang dia ajarkan dan mengkomunikasikannya dengan para siswa bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting dan guru dapat memberikan bukti nyata,[3] menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa. (3) Keterampilan memberi acuan melalui berbagai usaha seperti: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, membuat kaitan atau hubungan di antara materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.[4]
Keterampilan membuka pelajaran bukanlah sekedar kegiatan mengabsen siswa, atau meminta siswa berdo’a. Akan tetapi kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan menyiapkan mental siswa untuk siap menerima dan mengikuti pelajaran yang akan disampaikan. Oleh karena itu ada beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam kegiatan membuka pelajaran, dan merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai guru dalam kegiatan membuka pelajaran, meliputi : (1) Keterampilan menarik minat dan perhatian siswa, banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi. (2) Keterampilan menimbulkan dan meningkatkan motivasi siswa, dengan cara disertai suasana yang hangat dan keantusiasan karena salah satu ciri guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme, guru peduli dengan apa yang dia ajarkan dan mengkomunikasikannya dengan para siswa bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting dan guru dapat memberikan bukti nyata,[3] menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa. (3) Keterampilan memberi acuan melalui berbagai usaha seperti: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, membuat kaitan atau hubungan di antara materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.[4]
Selain
itu, di dalam kegiatan membuka pelajaran ada keterampilan yang tidak kalah
pentingnya yang harus dimiliki oleh guru yaitu keterampilan melaksanakan
pretes. Pretes adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengajukan satu
pertanyaan atau lebih kepada para siswa tentang bahan yang akan dijadikan topik
sebelum membahas pelajaran tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa tentang pelajaran tersebut. Dalam melaksanakan pretes ini guru harus
memiliki keterampilan bertanya,baik keterampilan bertanya dasar maupun
keterampilan bertanya lanjut. Bertanya merupakan stimulus efektif
yang mendorong kemampuan siswa untuk berfikir dan mengemukakan jawaban yang
sesuai dengan harapan guru. Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada seorang
siswa sering kali tidak terjawab, sebab maksud pertanyaan tersebut kurang dapat
dipahami oleh siswa. Dalam hal ini, Sardinian sebagaimana dikutip oleh Fitriani
mengatakan bahwa pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri: (1) kalimatnya
singkat dan jelas, (2) tujuannya jelas, (3) setiap pertanyaan hanya satu
masalah, (4) mendorong anak untuk berfikir kritis, (5) jawaban yang diharapkan
bukan sekedar ya atau tidak, (6) bahasa dalam pertanyaan dikenal baik oleh
siswa, dan (7) tidak menimbulkan tafsiran ganda.[5]
Pretes
memiliki keguanaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu pretes mempunyai peran yang penting untuk keefektifan proses
pembelajaran. Adapun fungsi pretes antara lain: (1) menyiapkan siswa dalam
belajar. Karena dengan pretes pikiran siswa akan terfokus pada persoalan yang
harus dipelajarinya, (2) untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan, (3) untuk mengetahui kemampuan awal
yang telah dimiliki oleh siswa mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik
dalam proses pembelajaran, (4) untuk mengetahui dari mana seharusnya proses
pembelajaran dimulai dan tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai oleh siswa.[6]
Sedangkan menurut Al-Abrasyi sebelum siswa itu menerima pelajaran dari gurunya hendaklah terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk.[7] Dan ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baaqarah (2) ayat 151:
Sedangkan menurut Al-Abrasyi sebelum siswa itu menerima pelajaran dari gurunya hendaklah terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk.[7] Dan ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baaqarah (2) ayat 151:
!$yJx. $uZù=yör&
öNà6Ïù
Zwqßu
öNà6ZÏiB (#qè=÷Gt
öNä3øn=tæ $oYÏG»t#uä
öNà6Ïj.tãur ãNà6ßJÏk=yèãur
|=»tGÅ3ø9$#
spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãur $¨B
öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès?
ÇÊÎÊÈ
Artinya : Sebagaimana (kami telah menyempurnakan
nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan
kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui.[8]
Ayat
di atas menjelaskan bahwa sebelum melaksanakan pengajaran terlebih dahulu
dilaksanakan penyucian, yaitu mensucikan anak didik (siswa). Adapun yang perlu
disucikan antara lain: 1) Badan dan pakaian haruslah bersih dari najis; 2)
makanan yang dikonsumsinya bersumber dari penghasilan; 3) Hati agar terlepas
dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri, benci dan sebagainya; 4) Akal,
agar terlepas dari pikiran-pikiran yang tercela, seperti menipu orang lain.
3.
Tujuan Membuka Pelajaran
Sebagaimana
telah dijelaskan sebelumnya secara umum tujuan membuka pelajaran adalah untuk
memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya dan dengan
begitu ia akan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Uzer Usman
(2007:92) memaparkan tujuan membuka pelajaran adalah sebagai berikut: (1)
Menyiapkan mental siswa. Kegiatan membuka pelajaran bertujuan untuk menyatukan
jiwa dan raga siswa dalam satu tempat dan waktu agar ia ikut merasa terlibat
memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan
perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan
pembelajaran, (2) Menumbuhkan semangat, motivasi, dan perhatian siswa agar
siswa menyadari batas-batas tugasnya, (3) Agar siswa memahami hubungan antara
materi yang telah dikuasainya dengan materi yang akan dipelajarinya, (4) Agar
siswa menyadari tingkat keberhasilan yang telah dicapainya.[9]
Sementara
itu Wina Sanjaya menyebutkan tujuan khusus membuka pelajaran adalah sebagai
berikut:
Pertama, menarik
perhatian siswa, yang bisa dilakukan melalui: meyakinkan siswa bahwa materi
atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya, melakukan
hal-hal yang dinggap aneh bagi siswa, dan melakukan interaksi yang
menyenangkan.
Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang
dapat dilakukan dengan: membangun suasana yang akrab sehingga siswa merasa
dekat, misalnya menyapa atau berkomunikasi secara kekeluargaan, menimbulkan
rasa ingin tahu, misalnya mengajak membahas peristiwa atau topik yang sedang
hangat dibicarakan oleh masyarakat, mengemukakan ide yang bertentangan,
misalnya mengemukakan pendapat yang berbeda dengan pendapat masyarakat umum, mengaitkan
materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa,
mengambil topik yang menarik dan guru meyakinkan siswa bahwa topik tersebut
berguna bagi dirinya.[10]
Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang
pembelajaran yang akan dilakukan yang dapat dilakukan dengan cara: mengemukakan
tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam
hubungannya dengan pencapaian tujuan, menjelaskan langkah-langkah atau tahapan
pembelajaran sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan, menjelaskan
target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung,[11] membuat
kaitan atau hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki
siswa dengan materi atau pengalaman pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.
Keempat, membuka pelajaran juga dapat digunakan
untuk mengetahui entering behavior atau tingkat kesiapan dan
penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.[12]
B. KETERAMPILAN MENJELASKAN
a.
Pengertian
Keterampilan Menejelaskan
Menjelaskan adalah penyajian informasi lisan yang
diorganisir atau diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk
menunjukan hubungan sebab akibat, antara yang diketahui dengan yang belum
diketahui, antara hukum (dalil definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh
sehari-hari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “menjelaskan” berawal dari kata
“jelas” yang artinya terang; nyata; gamblang; tegas; tidak ragu- ragu atau
bimbang, dan “menjelaskan” berarti menerangkan; menguraikan secara terang.
Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang
sangat penting dari kegiatan guru. Interaksi didalam kelas cenderung dipenuhi
oleh kegiatan pembicaraan, baik oleh guru sendiri, oleh guru dan siswa, maupun
siswa dengan siswamaka terjadilah yang disebut multi interaksi.
Dapat disimpulkan menurut kelompok kami yang
dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran
ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara
sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya,
misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu
yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan
disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian
penjelasn merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru.
Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh
tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar
peserta didik.
b.
Alasan
Keterampilan Menjelaskan Perlu Dikuasai Oleh Guru
Ada beberapa alasan kenapa keterampilan menjelaskan
perlu dikuasai oleh guru, antara lain :
Ø
Hampir sebagian guru kegiatannya adalah
menjelaskan
Ø
Akibat kurang sumber yang tersedia, hal ini
memerlukan penjelasan guru
Ø
Tidak semua siswa mampu menggali pengetahuan
dari buku/ sumber yang ada, untuk menanggulangi hal itu guru membantu dengan
cara menjelaskan.
c.
Tujuan
dan Manfaat Keterampilan Menjelaskan
Ada beberapa tujuan dan manfaat dari keterampilan menjelaskan, yaitu :
Ø
Membimbing peserta didik memahami konsep, hukum,
prinsip atau prosedur
Ø
Membimbing peserta didik menjawab pertanyaan
secara bernalar Melibatkan peserta didik untuk berpikir
Ø
Mendapat balikan mengenai pemahaman peserta
didik
Ø
Membantu peserta didik menghayati beberapa
proses penalaran.
C. KETERAMPILAN BERTANYA
a.
Defenisi dan Fungsi Pertanyaan
Dalam
proses belajar mengajar bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan
yang tersusun dengan baik dan tekhnik penyampaian yang tepat pula akan
memberikan dampak positif terhadap siswa.[13]
Pertanyaan
juga dapat berfungsi sebagai pengatur, guru harus mendorong siswa agar menjawab
pertanyaan dengan suara yang nyaring dan tidak mengulangi jawaban siswa kecuali
jika memang perlu atau jika siswa tersebut merupakan kasus khusus. Pertanyaan
juga dapat membentuk pribadi siswa, namun hal itu tergantung pertanyaan yang
diajukan gurunya.[14]
Dalam
kehidupan sehari-hari adakalanya kita tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan
atas pertanyaan yang diajukan. Banyak penyebab yang memungkinkan pertanyaan tersebut
tidak bisa dijawab dengan baik. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa
kegagalan dalam bertanya adalah karena belum menguasai kecakapan menggunakan
keterampilan bertanya.
Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai oleh
guru, keterampilan ini merupakan salah satu kunci untuk meningkatakan mutu dan
kebermaknaan pembelajaran. Dengan demikian setiap guru harus terampil
dalam mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan dalam pembelajaran bukan hanya untuk
mendapatkan jawaban atau informasi dari pihak yang ditanya. Jauh lebih luas
dari itu adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.[15]
Untuk menjawab pertanyaan diatas, tampaknya kita perlu
mengambil satu kesepakatan. Menurut G. A Brown dan R. Edminson (1984). Mendefenisikan
pertanyaan sebagai segala pertanyaan sebagai pernyataan yang menginginkan
tanggapan Verbal ( lisan). Dengan mengambil defenisi ini, kalimat diatas dapat
digolongkan pertanyaan. Dengan perkataan lain, pertanyaan tidak selalu dalam
bentuk kalimat tanya, tapi juga dalam bentuk kalimat pertintah atau kalimat
pertanyaan.
Fungsi pertanyaan didalam kegiatan pembelajaran
Menurut Turney (1979) mendefenisikan 12 fungsi pertanyaan seperti itu :
1.
Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa
tentang suatu topik.
2.
Memusatkan perhatian
pada masalan tertentu.
3.
menggalakkan
penerapan belajar aktif.
4.
merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5.
menstruktur tugas – tugas hingga kegiatan belajar
dapat berlangsung secara maksimal.
6.
mendiagnosis
kesulitan belajar siswa.
7.
mengkomunikasikan dan
merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam
pembelajaran.
8.
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk
mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan.
9.
melibatkan siswa dalam memamfaatkan kesimpulan yang
dapat mendorong mengembangkan proses berfikir.
10. mengembangkan
kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau pernyataan guru.
11. memberi
kesempatan untuk belajar berdiskusi.
12. menyatakan perasaan dan pikiran yang murni
kepada siswa.
Masih
banyak lagi fungsi pertanyaan yang dilaporkan oleh para peneliti namun
dari daftar diatas, sudah dapat kita simpulkan bahwa fungsi pertanyaan tersebut
sangat bervariasi.
b. Keterampilan Bertanya
Dasar
1. Pengertian
Pengertian
keterampilan bertanya dasar secara etimologis bertanya diuraikan menjadi dua
suku kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa Indonesia “bertanya”
berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan
kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan
cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara sederhana dapat
diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan
atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.
Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran
setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon
siswa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan
berfikir, dimasukkan pertanyaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh G.A. Brown
dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala pertanyaan yang
menginginkan tanggapan verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan
bahwa pertanyaan yangn diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat Tanya, melainkan
dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain tiu dimaksudkan adanya respon
siswa.
2. Tipe dan
syarat-syarat bertanya
Adapun
Tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam bentuk setiap
pertanyaan bergantung pada tujuan yang diharapkan, tipe pertanyaan yaitu:
a.
Pertanyaan yang
menuntut fakta-fakta, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya
ingat siswa terhadap sesuatu yang pernah dipelajarinya.
b. Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang
membandingkan,, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya fakir
analisis dan sintesis.
c. Pertanyaan yang menuntut kemampuan
memperkirakan, yaitu pertanyan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan atau
membuat perkiraan-perkiraan.
d. Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis,
yaitu pertanyaan untuk mengembangkan dan melatih kemampuan daya analisis.
e. Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu
pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan berfikir secara teratur.
f.
Pertanyan yang tidak
perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan untuk memberikan penegasan atau
meyakinkan tentang sesuatu kepada siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan
pertanyan retorika yang tidak perlu mendapatkan jawaban.[16]
Syarat
pertanyaan yang harus diperhatikan agar pertanyaan yang diajukan kepada siswa
mendapat respon yangn baik adalah:
1.
pertanyaan yang
disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah ditangkap oleh
pihak yang ditanya (siswa).
2. pertanyan diajukan secara klasikal, berikan
waktu untuk berfikir kemudian baru diajukan salah seorang yang diminta untuk
menjawabnya.
3. beri kesempatan secara adil dan merata kepada
setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan.
4.
penunjukan siswa yang
diminta jawaban tidak dilakukan secara berurutan atau sistematis,akan
tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa memusatkan perhatian dan
memiliki kesiapan untuk menjawab pertanyaan.[17]
c. Komponen Keterampilan
Bertanya Dasar
ü Penggunaan
pertanyaan secara jelas dan singkat.
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan
singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat difahami oleh siswa sesuai
dengan taraf perkembangannya.
ü
Pemberian acuan.
Kadang-kadang
guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang
relevan dengan jawaban yang diharapkan.
ü
Pemindahan giliran.
Adakalanya
satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena jawaban siswa
benar atau belum memadai.
ü
Penyebaran.
Untuk
melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan
giliran menjawab pertanyaan secara acak.
ü
Pemberian waktu
berfikir
Setelah
mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu untuk
berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.
ü
Pemberian tuntunan
Bila
siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru hendaknya
memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan sendiri jawaban yang
benar. [18]
d.
Prinsip-Prinsip
Keterampilan Bertanya Dasar
Prisip-prisip yang harus diperhatikan dalam
menggunakan keterampilan bertanya antara lain:
1. Kehangatan dan keantusiasan
Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi
yang menyenangkan sehingga merasa nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu
upaya mengembangkan suasana pembelajarana yang menyenangkan antara lain yaitu
bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang hangat dan
mendorongspirit belajar ynag tingi.
2. Memberikan waktu berfikir
Menurut
penulis setelah mengajukan pertanyaan hendaknya guru tidak langsung menunjuk
salah seorang dari siswa untuk langsung menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi
memberikan kelonggaran (waktu) kepada siswa untuk memikirkan atau menemukan
jawaban atas pertanyaannya.
Disamping kedua prinsip tersebut diatas, untuk
mengefektifkan keterampilan bertanya, hendaknya menghindari hal-hal seperti
berikut ini:
a.
Mengulangi pertanyan
sendiri
b.
Mengulangi jawaban
siswa
c.
Menjawab pertanyaan
sendiri
d.
Mengajukan pertanyaan
yang memancing jawaban serentak
e.
Mengajukan pertanyan
ganda
e. Keterampilan bertanya
lanjut
1. Pengertian
Dalam
kegiatan pembelajaran diatas telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau pembuka untuk
mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Utnuk menindak lanjuti
pertanyaan pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya atau disebut dengan
pertanyaan lanjut.
Dengan
demikian pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan pertama (dasar)
yaitu mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang lebih dalam dan
komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa). Keberhasilan
mengembangkan kemampuan berfikir yang dilakukan melalui bertanya lanjut banyak
dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang dikembangkan melalui pengggunaan
pertanyaan dasar.[20]
Kemampuan
bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar lebih mengutamakan usaha
mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong lawan
bicara agar lebih aktif dan kritits mengembangkan kemampuan berfikirnya.
Melalui bertanya lanjut setiap siswa dirangsang untuk aktif berfikir melakukan
berbagai aktifitas belajar, sehingga proses dan hasil pembelajaran akan lebih
dinamis dan berkualitas. Oleh karena itu bagi setiap calon guru atau para guru
keterampilan menerapkan bertanya dasar maupun lanjut harus dilatih dan
dikembangkan sehingga akan menjadi daya kekuatan utnuk menunjang
kemampuan sebagai tenaga guru yang lebih profesional.[21]
2. Tujuan dan manfaat bertanya lanjut
Tujuan
dan manfaat dari keterampilan bertanya dasar masih relevan dan berlaku pula
untuk kepentingan bertanya lanjut. Namun, untuk kepentingan bertanya lanjut,
tujuan dan manfaat itu lebih luas lagi dan ada hal-hal yang belum terjangkau
oleh tujuan dan manfaat dari pertanyaan lanjut yang dimaksud yaitu memungkinkan
siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalah atau
mengembangkan kemampuan berfikir secara lebih tajam analitis dan komperehensif.
Lebih spesifik tujuan dan manfaat dari bertanya lanjut adalah:
- Mengembangkan kemampuan berfikir siswa untuk
menemukan, mengorganisasi atau menilai atas informasi yang diperoleh.
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan
mengungkapkan pertanyaan-pertanyan yang didasarkan atas informasi yang lebih
lengkap dan relevan.
- Mendorong siswa untuk mengembangkan dan
memunculkan ide-ide yang lebih kreatif dan inovatif.
- Memberi kesempatan untuk melakukan proses pembelajaran
kepada hal-hal yang lebih analitis, rumit dan kompleks.
3. Penggolongan pertayaaan lanjut
- Pertanyaan ingatan (knowledge), pertanyaan
ingatan adalah jenis pertanyaan yang mengharapkan siswa dapat mengenal atau
mengingat informasi
- Pertanyaan pemahaman (comprehension)
adalah pertanyaan yang diarahkan untuk membuktikan bahwa siswa telah mempunyai
pengertian yang cukup untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang
telah diketahui sebelumnya.
- Pertanyaan penerapan (application) adalah
kemampuan mengingat, menginterpretasikan atau mendiskripsikan (menggambarkan)
diperlukan dan menjadi salah satu indicator dari hasil pembelajaran.
- Pertanyaan analisis (analysis) yaitu pertanyaan
untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara lebih rinci, kritis dan
mendalam, yaitu pertanyan analisis.
- Pertanyaan sintesis (syntesis) pertanyaan ini
digolongkan pada pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa menampilakan
pikiran-pikiran yang original dan kreatif.
- Pertanyaan evaluasi. Pertanyaan ini digolongkan kepada
pertanyaan tinggi bahkan merupakan puncaknya.
4. Prinsip penggunaan bertanya lanjut
Prisip-prinsip
yang berlaku pada keterampilan bertanya dasar berlaku pula sebagai prinsip
bertanya lanjut, prinsip-prinsip tersebut yaitu antara lain kehangatan, keantusiasan,
menghindari kebiasaan mengulangi pertanyaan sendiri, mengulangi jawaban siswa,
menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan ganda dan pertanyaan yang
memancing jawaban serentak.[22]
Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan
bertanya lanjut:
- terjadinya Pengubahan tuntunan tingkat kognitif
pertanyaan: untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa diperlukan pengubahan
tuntunan tingkat kognitif pertanyaan.
- Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai
urutan yang logis.
- Melacak yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak
perlu untuk dimiliki oleh guru.
f. Jenis-Jenis Pertanyaan Yang Baik
1. Jenis pertanyan menurut maksudnya
a. pertanyaan permintaan, yakni pertanyaan yang
mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk
pertanyaan.
b. Pertanyaan retoris, yakni pertnayaan yang tidak menghendaki
jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru.
c. Pertanyaan yang mengarahkan atau menuntun, yaitu
pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalamm proses
berfikir.
d. Pertanyaan menggali,yaitu pertanyaan lanjutan
yang akan mendorong murit untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan
pertama.[24]
2. Jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran.
a. Pertanyaan sempit, pertanyan ini membutuhkan
jawaban yang tertutup dan biasanya
kunci jawabannya telah tersedia.
- Pertanyaan sempit informasi langsung
- Pertanyaan sempi memusat.
b. Pertanyaan luas
- Pertanyaan luas terbuka
- Pertanyaan luas memusat
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memberi pertanyaan
1. Sebelum
memberi pertanyaan hendaknya guru sudah mengetahui jawaban yang dimaksud,
sehingga jawaban yang menyimpang dari siswa akan segera dapat diketahui dan
diatasi.
2. Guru harus
mengetahui pokok masalah yang ditanyakan dan memberi pertanyaan sesuai dengan
pokok yang dibahas.
3. Hendaknya
guru memberi pertanyaan dengansikap hangat dan antusias agar murid
berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, maka guru harus menunjukkan sikap
yang baik diwaktu bertanya dan menerima jawaban dari siswa. Ada beberapa sikap
yang perlu diperhatikan guru dalam bersikap diwaktu bertanya atau menerima
jawaban.
a. Menunjukkan gaya, ekspresi wajah, posisi badan dan
gerakan badan yang baik dan tepat diwaktu memberi pertanyaan dan menerima
jawaban.
b. Memberi penguatan bagi siswa yang menjawab dengan
benar
c. Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan dengan cara yang simpatik.
d. Apabila guru tidak mengetahui jawaban dari
pertanyaan yang diajukan siswa hendaknya tidak langsung menjawab dengan
berbelit-belit atau menjawab dengan sekedarnya.
e. Menerima jawaban siswa dengan menggunakan sebagai
tolak uraian selanjutnya. Hal ini penting untuk mengaitkan bahan yang dibahas
dengan materi yang sudah dimiliki siswa berdasarkan jawaban itu.
4. Hendaknya guru menghindari beberapa kebiasaan yang
tidak perlu, yang bisa merugikan siswa dalam proses belajarnya.[25]
g. Kelemahan dan kelebihannya
1. kelamahannya
a. mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
b. Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada
sentiment pribadi.
c. Tidak semua anak mengerti dan bisa mengajukan
pendapat.
2. kelebihannya
a. memperrerat hubungan keilmuan antara guru dan
siswa.
b. Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara
merdeka, sehingga pelajaran akan lebih menarik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keterampilan membuka
pelajaran merupakan skill atau kemampuan dasar yang dimiliki
oleh setiap guru. Selanjutnya membuka pelajaran adalah kegiatan awal yang
dilakukan oleh guru setiap kali mengawali kegiatan pembelajaran yang bertujuan
untuk menyiapkan mental siswa dan sekaligus untuk memusatkan perhatian siswa
kepada pelajaran yang akan dipelajarinya.
keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam
pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang
diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu
bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh
atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana
dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama
kegiatan menjelaskan.
Keterampilan bertanya
sangat penting dikuasai oleh guru, keterampilan ini merupakan salah satu kunci
untuk meningkatakan mutu dan kebermaknaan pembelajaran. Dengan demikian setiap
guru harus terampil dalam mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan dalam
pembelajaran bukan hanya untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari pihak
yang ditanya. Jauh lebih luas dari itu adalah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, tampaknya kita perlu mengambil satu
kesepakatan. Menurut G. A Brown dan R. Edminson (1984). Mendefenisikan
pertanyaan sebagai segala pertanyaan sebagai pernyataan yang menginginkan
tanggapan Verbal ( lisan). Dengan mengambil defenisi ini, kalimat diatas dapat
digolongkan pertanyaan. Dengan perkataan lain, pertanyaan tidak selalu dalam
bentuk kalimat tanya, tapi juga dalam bentuk kalimat pertintah atau kalimat
pertanyaan.
B.
SARAN
Kepada para pembaca semua sebagai calon guru
kami menyarankan agar dapat menguasai keterampilan ini, karena keterampilan ini
merupakan satu componen penting didalam memotivasi minat belajar anak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,(Ciputat:
Quantum Teaching, 2007
Raymond J. Wlodkowski, Judith H. Jaynes, Hasrat
Untuk Belajar: Membantu Anak-anak Termotivasi Dan Mencintai Belajar, Penerjemah Nur
Setiyo Budi Widarto, (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2004
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi:
Konsep, Karakteristik, dan Implementasi(cet.9), (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006),
Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan
Islam,(Jakarta: Ciputat
Alqur’an
dan Terjemahannya, Semarang, Karta Toha Putra, 2006,
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (cet.7),
(Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm, 92
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran:
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (cet.4), (Jakarta: Kencana
prenada Media Group, 2008),
http://ungeungee.blogspot.com/2012/04/makalah-keterampilan-dasar
mengajar.html
Abdul Kodir Munsyi
DIP.AD.ED dkk, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis untuk Calon
Guru, Surabaya: Al – Ikhlas, 1981
Dadang sukirman, dkk, Pembelajran
Mikro, Bandung: Upi Press, 2006.
Moh. Uzer
Usman, Menjadi Guru yang professional (edisi kedua), Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
W. James Popham, dkk, Tekhnik Mengajar Secara
Sistemaits. Jakarta: pt.rineka cipta, 2003.
H. udin. S winata putra, dkk, Strategi belajar mengajar,
Jakarta: Universitas Terbuka, 2002.
.J. Hasibuan, dkk, Proses belajar mengajar Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2008.
Soetomo, Dasar – Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya:
Usaha Nasional, 1993.
.
.
MAKALAH
KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN, KETERAMPILAN
MENJELASKAN DAN KETERAMPILAN BERTANYA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Mikro Teaching
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
ARIYAL
SIMON PUTRA
REFI ARI WINANDAR
SEMESTER VII/ B/ PAI
DOSEN PEMBIMBING:
WISNARNI,M.PdI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
( STAIN) KERINCI
2012
[1] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,(Ciputat:
Quantum Teaching, 2007), hlm, 99
[3]Raymond J. Wlodkowski, Judith H. Jaynes, Hasrat Untuk Belajar:
Membantu Anak-anak Termotivasi Dan Mencintai Belajar, Penerjemah Nur
Setiyo Budi Widarto, (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2004), hlm, 33
[4] Ahmad Sabri, Op.cit., hlm, 101
[6]E.Mulyasa, Kurikulum
Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi(cet.9),
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm, 101
[7] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:
Ciputat
[8] Alqur’an dan
Terjemahannya, Semarang, Karta Toha Putra, 2006,
[9] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (cet.7),
(Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm, 92
[10] E. Mulyasa, Op.cit., hlm, 114
[11]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (cet.4),
(Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2008), hlm, 43
[12] http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/keterampilan-dasar-mengajar.html
[13] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang
professional (edisi kedua), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.74
[14]
W. James Popham, dkk, Tekhnik engajar secara sistemaits. (Jakarta: pt.rineka
cipta, 2003), hlm. 89.
[16]
H. udin. S winata putra, dkk, Strategi belajar mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2002), hlm. 179.
[18] Uzer usman. Op.cit., hlm. 77
[24] Moh. Uzer usman, hlm. 75.
[25] Soetomo, Dasar
– Dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993)
hal.79.
[26]
Abdul Kodir Munsyi DIP.AD.ED dkk, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis untuk Calon
Guru,(Surabaya: Al – Ikhlas, 1981), hal.70.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar