Minggu, 06 April 2014

MAKALAH KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN, MENJELASKAN DAN KETERAMPILAN BERTAN



BAB II
PEMBAHASAN
KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN, MENJELASKAN DAN KETERAMPILAN BERTANYA

A.    Keterampilan Membuka Pelajaran
1.      Pengertian Membuka Pelajaran
Banyak orang beranggapan bahwa kesan pertama dari suatu bentuk hubungan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan kata lain pertemuan atau kesan yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Dengan demikian, keterampilan membuka pelajaran mempakan kunci yang harus didahului dalam proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang dinamis tidak akan tercapai jika guru pada awal pelajaran tidak bisa menarik perhatian siswa.
Membuka pelajaran atau set induction adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar[1], dan pada akhirnya akan memudahkan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Membuka pelajaran juga merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain membuka pelajaran itu adalah kegiatan mempersiapkan mental dan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari.
Dalam otak siswa itu sudah tersedia kapling-kapling sesuai dengan pengalaman masing-masing. Suatu materi pelajaran baru akan mudah diterima oleh otak kita manakala sudah tersedia kapling yang relevan. Demikian juga sebaliknya materi pelajaran baru tidak mungkin mudah dicerna manakala belum tersedia kapling yang relevan. Sama halnya dengan kerja sebuah komputer, kita akan sulit memasukkan data seandainya belum tersedia filenya. Oleh sebab itu agar data itu masuk dan dapat disimpan terlebih dahulu perlu disiapkan filenya. Misalnya teori pesawat terbang akan sulit diterima manakala diberikan kepada mahasiswa ekonomi yang sama sekali belum mengenal teori tersebut. Oleh karena itu di otak mahasiswa tersebut belum tersedia kapling tentang teori pesawat terbang. Nah,bagaimana agar materi itu mudah diterima? Tentu saja kita harus membuat kapling (file) tentang hal-hal yang berhubungan dengan pesawat terbang. Inilah makna dari kegiatan membuka pelajaran.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada awal setiap penggal kegiatan, misalnya pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pekerjaan tugas dan lain-lain.[2] Contoh: ketika guru ingin memberikan pelajaran baru tentang rukun Islam yang kelima yaitu naik haji, guru dapat mengatakan seperti ini: ”Nah, anak-anak! pada pertemuan ini kita akan mempelajari pokok bahasan baru tentang rukun Islam yang kelima yaitu ’naik haji’. Tetapi sebelum kita pelajari lebih lanjut topik itu, cobalah kalian perhatikan dahulu ke depan!, gambar apa yang ibu pegang ini?”.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa keterampilan membuka pelajaran merupakan skill atau kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap guru. Selanjutnya membuka pelajaran adalah kegiatan awal yang dilakukan oleh guru setiap kali mengawali kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk menyiapkan mental siswa dan sekaligus untuk memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya.
2.      Komponen-komponen Dalam Kegiatan Membuka Pelajaran
Salah satu usaha mengkondisikan kelas adalah adanya kegiatan membuka pelajaran sebelum memasuki kegiatan inti. Oleh karena itu kegiatan membuka pelajaran merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang memiliki peran yang penting dalam menunjang tercapainya tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan pengajaran bergantung pada metode mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru gagal dalam memperkenalkan pelajaran.
Keterampilan membuka pelajaran bukanlah sekedar kegiatan mengabsen siswa, atau meminta siswa berdo’a. Akan tetapi kegiatan membuka pelajaran adalah kegiatan menyiapkan mental siswa untuk siap menerima dan mengikuti pelajaran yang akan disampaikan. Oleh karena itu ada beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh seorang guru dalam kegiatan membuka pelajaran, dan merupakan keterampilan dasar yang harus dikuasai guru dalam kegiatan membuka pelajaran, meliputi : (1) Keterampilan menarik minat dan perhatian siswa, banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk menarik perhatian siswa, antara lain gaya mengajar guru, penggunaan alat bantu mengajar, pola interaksi yang bervariasi. (2) Keterampilan menimbulkan dan meningkatkan motivasi siswa, dengan cara disertai suasana yang hangat dan keantusiasan karena salah satu ciri guru yang bisa memotivasi adalah antusiasme, guru peduli dengan apa yang dia ajarkan dan mengkomunikasikannya dengan para siswa bahwa apa yang sedang mereka pelajari itu penting dan guru dapat memberikan bukti nyata,[3] menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide yang bertentangan, memperhatikan minat siswa. (3) Keterampilan memberi acuan melalui berbagai usaha seperti: mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas, menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan, meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, membuat kaitan atau hubungan di antara materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa.[4]
Selain itu, di dalam kegiatan membuka pelajaran ada keterampilan yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki oleh guru yaitu keterampilan melaksanakan pretes. Pretes adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengajukan satu pertanyaan atau lebih kepada para siswa tentang bahan yang akan dijadikan topik sebelum membahas pelajaran tersebut yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa tentang pelajaran tersebut. Dalam melaksanakan pretes ini guru harus memiliki keterampilan bertanya,baik keterampilan bertanya dasar maupun keterampilan bertanya lanjut. Bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan siswa untuk berfikir dan mengemukakan jawaban yang sesuai dengan harapan guru. Guru dalam mengajukan pertanyaan kepada seorang siswa sering kali tidak terjawab, sebab maksud pertanyaan tersebut kurang dapat dipahami oleh siswa. Dalam hal ini, Sardinian sebagaimana dikutip oleh Fitriani mengatakan bahwa pertanyaan yang baik mempunyai ciri-ciri: (1) kalimatnya singkat dan jelas, (2) tujuannya jelas, (3) setiap pertanyaan hanya satu masalah, (4) mendorong anak untuk berfikir kritis, (5) jawaban yang diharapkan bukan sekedar ya atau tidak, (6) bahasa dalam pertanyaan dikenal baik oleh siswa, dan (7) tidak menimbulkan tafsiran ganda.[5]
Pretes memiliki keguanaan dalam menjajaki proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes mempunyai peran yang penting untuk keefektifan proses pembelajaran. Adapun fungsi pretes antara lain: (1) menyiapkan siswa dalam belajar. Karena dengan pretes pikiran siswa akan terfokus pada persoalan yang harus dipelajarinya, (2) untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan, (3) untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki oleh siswa mengenai bahan ajar yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran, (4) untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai dan tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai oleh siswa.[6]
Sedangkan menurut Al-Abrasyi sebelum siswa itu menerima pelajaran dari gurunya hendaklah terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat yang buruk.[7] Dan ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Baaqarah (2) ayat 151:
!$yJx. $uZù=yör& öNà6Ïù Zwqßu öNà6ZÏiB (#qè=÷Gtƒ öNä3øn=tæ $oYÏG»tƒ#uä öNà6ŠÏj.tãƒur ãNà6ßJÏk=yèãƒur |=»tGÅ3ø9$# spyJò6Ïtø:$#ur Nä3ßJÏk=yèãƒur $¨B öNs9 (#qçRqä3s? tbqßJn=÷ès? ÇÊÎÊÈ  
Artinya : Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.[8]
Ayat di atas menjelaskan bahwa sebelum melaksanakan pengajaran terlebih dahulu dilaksanakan penyucian, yaitu mensucikan anak didik (siswa). Adapun yang perlu disucikan antara lain: 1) Badan dan pakaian haruslah bersih dari najis; 2) makanan yang dikonsumsinya bersumber dari penghasilan; 3) Hati agar terlepas dari sifat-sifat buruk seperti sombong, iri, benci dan sebagainya; 4) Akal, agar terlepas dari pikiran-pikiran yang tercela, seperti menipu orang lain.
3.      Tujuan Membuka Pelajaran
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya secara umum tujuan membuka pelajaran adalah untuk memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya dan dengan begitu ia akan konsentrasi selama proses pembelajaran berlangsung. Uzer Usman (2007:92) memaparkan tujuan membuka pelajaran adalah sebagai berikut: (1) Menyiapkan mental siswa. Kegiatan membuka pelajaran bertujuan untuk menyatukan jiwa dan raga siswa dalam satu tempat dan waktu agar ia ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran, (2) Menumbuhkan semangat, motivasi, dan perhatian siswa agar siswa menyadari batas-batas tugasnya, (3) Agar siswa memahami hubungan antara materi yang telah dikuasainya dengan materi yang akan dipelajarinya, (4) Agar siswa menyadari tingkat keberhasilan yang telah dicapainya.[9]
Sementara itu Wina Sanjaya menyebutkan tujuan khusus membuka pelajaran adalah sebagai berikut:
 Pertama, menarik perhatian siswa, yang bisa dilakukan melalui: meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya, melakukan hal-hal yang dinggap aneh bagi siswa, dan melakukan interaksi yang menyenangkan.
Kedua, menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan: membangun suasana yang akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa atau berkomunikasi secara kekeluargaan, menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak membahas peristiwa atau topik yang sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, mengemukakan ide yang bertentangan, misalnya mengemukakan pendapat yang berbeda dengan pendapat masyarakat umum, mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa, mengambil topik yang menarik dan guru meyakinkan siswa bahwa topik tersebut berguna bagi dirinya.[10]
Ketiga, memberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan yang dapat dilakukan dengan cara: mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan, menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan, menjelaskan target atau kemampuan yang harus dimiliki setelah pembelajaran berlangsung,[11] membuat kaitan atau hubungan antara pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa dengan materi atau pengalaman pelajaran yang akan diberikan kepada siswa.
Keempat, membuka pelajaran juga dapat digunakan untuk mengetahui entering behavior atau tingkat kesiapan dan penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan.[12]

B.  KETERAMPILAN MENJELASKAN
a.      Pengertian Keterampilan Menejelaskan
Menjelaskan adalah penyajian informasi lisan yang diorganisir atau diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukan hubungan sebab akibat, antara yang diketahui dengan yang belum diketahui, antara hukum (dalil definisi) yang berlaku umum dengan bukti atau contoh sehari-hari.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “menjelaskan” berawal dari kata “jelas” yang artinya terang; nyata; gamblang; tegas; tidak ragu- ragu atau bimbang, dan “menjelaskan” berarti menerangkan; menguraikan secara terang.
Memberikan penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dari kegiatan guru. Interaksi didalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan, baik oleh guru sendiri, oleh guru dan siswa, maupun siswa dengan siswamaka terjadilah yang disebut multi interaksi.
Dapat disimpulkan menurut kelompok kami yang dimaksud dengan keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Pemberian penjelasn merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam kegiatan seoang guru. Interaksi di dalam kelas cenderung dipenuhi oleh kegiatan pembicaraan baik oleh tenaga pendidik sendiri, oleh tenaga pendidik dan peserta didik, maupun antar peserta didik.
b.      Alasan Keterampilan Menjelaskan Perlu Dikuasai Oleh Guru
Ada beberapa alasan kenapa keterampilan menjelaskan perlu dikuasai oleh guru, antara lain :
Ø  Hampir sebagian guru kegiatannya adalah menjelaskan
Ø  Akibat kurang sumber yang tersedia, hal ini memerlukan penjelasan guru
Ø  Tidak semua siswa mampu menggali pengetahuan dari buku/ sumber yang ada, untuk menanggulangi hal itu guru membantu dengan cara menjelaskan.
c.       Tujuan dan Manfaat Keterampilan Menjelaskan
Ada beberapa tujuan dan manfaat dari keterampilan menjelaskan, yaitu :
Ø  Membimbing peserta didik memahami konsep, hukum, prinsip atau prosedur
Ø  Membimbing peserta didik menjawab pertanyaan secara bernalar Melibatkan peserta didik untuk berpikir
Ø  Mendapat balikan mengenai pemahaman peserta didik
Ø  Membantu peserta didik menghayati beberapa proses penalaran.

C.    KETERAMPILAN BERTANYA
a.      Defenisi dan Fungsi Pertanyaan
Dalam proses belajar mengajar bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan tekhnik penyampaian yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap siswa.[13]
Pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur, guru harus mendorong siswa agar menjawab pertanyaan dengan suara yang nyaring dan tidak mengulangi jawaban siswa kecuali jika memang perlu atau jika siswa tersebut merupakan kasus khusus. Pertanyaan juga dapat membentuk pribadi siswa, namun hal itu tergantung pertanyaan yang diajukan gurunya.[14]
Dalam kehidupan sehari-hari adakalanya kita tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan atas pertanyaan yang diajukan. Banyak penyebab yang memungkinkan pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab dengan baik. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa kegagalan dalam bertanya adalah karena belum menguasai kecakapan menggunakan keterampilan bertanya.
Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai oleh guru, keterampilan ini merupakan salah satu kunci untuk meningkatakan mutu dan kebermaknaan pembelajaran. Dengan demikian setiap guru harus terampil  dalam mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan dalam pembelajaran bukan hanya untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari pihak yang ditanya. Jauh lebih luas dari itu adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.[15]
Untuk menjawab pertanyaan diatas, tampaknya kita perlu mengambil satu kesepakatan. Menurut G. A Brown  dan R. Edminson (1984). Mendefenisikan pertanyaan sebagai segala pertanyaan sebagai pernyataan yang menginginkan  tanggapan Verbal ( lisan). Dengan mengambil defenisi ini, kalimat diatas dapat digolongkan pertanyaan. Dengan perkataan lain, pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, tapi juga dalam bentuk kalimat pertintah atau kalimat pertanyaan.
Fungsi pertanyaan didalam kegiatan pembelajaran Menurut  Turney (1979) mendefenisikan 12 fungsi pertanyaan seperti itu :
1.      Membangkitkan minat  dan keingintahuan siswa tentang suatu topik.
2.      Memusatkan perhatian pada masalan tertentu.
3.      menggalakkan penerapan belajar aktif.
4.      merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5.      menstruktur tugas – tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal.
6.      mendiagnosis kesulitan belajar siswa.
7.      mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
8.      menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan  pemahamannya tentang informasi yang diberikan.
9.      melibatkan siswa dalam memamfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berfikir.
10.  mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau pernyataan guru.
11.  memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi.
12.  menyatakan perasaan dan pikiran yang murni kepada siswa.
Masih banyak  lagi fungsi pertanyaan yang dilaporkan oleh para peneliti namun dari daftar diatas, sudah dapat kita simpulkan bahwa fungsi pertanyaan tersebut sangat bervariasi.

b. Keterampilan Bertanya Dasar
1.      Pengertian
Pengertian keterampilan bertanya dasar secara etimologis bertanya diuraikan menjadi dua suku kata yaitu “terampil dan tanya”. Menurut kamus bahasa Indonesia “bertanya” berasal dari kata “tanya” yang berarti antara lain permintaan keterangan. Sedangkan kata “terampil” memiliki arti “cakap dalam penyelesaian tugas ataupun mampu dan cekatan”. Dengan demikian keterampilan bertanya secara sederhana dapat diartikan dengan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam meminta keterangan atau penjelasan dari orang lain atau pihak yang menjadi lawan bicara.
Menurut John. I. Bolla dalam proses pembalajaran setiap pertanyaan baik berupa kalimat tanya atau suruhan, yang menuntut respon siswa, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berfikir, dimasukkan pertanyaan. Pendapat serupa dikemukakan oleh G.A. Brown dan R.Edmonson dalam Siti Julaeha, pertanyaan adalah segala pertanyaan yang menginginkan tanggapan verbal (lisan).
Merujuk pada dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yangn diajukan tidak selalu dalam rumusan kalimat Tanya, melainkan dalam bentuk suruhan atas pertanyaan, selain tiu dimaksudkan adanya respon siswa.
2.      Tipe dan syarat-syarat bertanya
Adapun Tipe dan bentuk pertanyaan sangat beragam, penggunaan dalam bentuk setiap pertanyaan bergantung pada tujuan  yang diharapkan, tipe pertanyaan yaitu:
a.       Pertanyaan yang menuntut fakta-fakta, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya ingat siswa terhadap sesuatu yang pernah dipelajarinya.
b.      Pertanyaan yang menuntut kemampuan yang membandingkan,, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih daya fakir analisis dan sintesis.
c.       Pertanyaan yang menuntut kemampuan memperkirakan, yaitu pertanyan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan atau membuat perkiraan-perkiraan.
d.      Pertanyaan yang menuntut kemampuan analisis, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan dan melatih kemampuan daya analisis.
e.       Pertanyaan yang menuntut pengorganisasian, yaitu pertanyaan untuk mengembangkan atau melatih kemampuan berfikir secara teratur.
f.       Pertanyan yang tidak perlu dikemukakan jawabannya, yaitu pertanyaan untuk memberikan penegasan atau meyakinkan tentang sesuatu kepada siswa, pertanyaan ini digolongkan dengan pertanyan retorika yang tidak perlu mendapatkan jawaban.[16]
Syarat pertanyaan yang harus diperhatikan agar pertanyaan yang diajukan kepada siswa mendapat respon yangn baik adalah:
1.      pertanyaan yang disampaikan dengan menggunakan kalimat atau bahasa yang mudah ditangkap oleh pihak yang ditanya (siswa).
2.      pertanyan diajukan secara klasikal, berikan waktu untuk berfikir kemudian baru diajukan salah seorang yang diminta untuk menjawabnya.
3.      beri kesempatan secara adil dan merata kepada setiap siswa untuk mendapatkan pertanyaan.
4.      penunjukan siswa yang diminta jawaban  tidak dilakukan secara berurutan atau sistematis,akan tetapi harus diusahakan secara acak agar setiap siswa memusatkan perhatian dan memiliki kesiapan untuk menjawab pertanyaan.[17]

c.       Komponen Keterampilan Bertanya Dasar
ü  Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat.
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat difahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.
ü  Pemberian acuan.
Kadang-kadang guru perlu memberikan acuan yang berupa pertanyaan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan.
ü  Pemindahan giliran.
Adakalanya satu pertanyaan perlu dijawab oleh lebih dari satu siswa, karena jawaban siswa benar atau belum memadai.
ü  Penyebaran.
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak.
ü  Pemberian waktu berfikir
Setelah mengajukan pertanyaan kepada seluruh siswa, guru perlu memberi waktu untuk berfikir sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawab.
ü  Pemberian tuntunan
Bila siswa itu menjawab salah atau tidak bisa menjawab pertanyan, guru hendaknya memberikan tuntunan kepada siswa itu agar dapat menemukan sendiri jawaban yang benar. [18]
d.      Prinsip-Prinsip Keterampilan Bertanya Dasar
Prisip-prisip yang harus diperhatikan dalam menggunakan keterampilan bertanya antara lain:
1.      Kehangatan dan keantusiasan
Suasana pembelajaran harus diciptakan dalam kondisi yang menyenangkan sehingga merasa nyaman dan betah dalam belajar. Salah satu upaya mengembangkan suasana pembelajarana yang menyenangkan antara lain yaitu bagaimana pertanyaan yang diajukan memiliiki nuansa psikologis yang hangat dan mendorongspirit belajar ynag tingi.
2.      Memberikan waktu berfikir
Menurut penulis setelah mengajukan pertanyaan hendaknya guru tidak langsung menunjuk salah seorang dari siswa untuk langsung menjawab pertanyaan yang diajukannya tetapi memberikan kelonggaran (waktu) kepada siswa untuk memikirkan atau menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Disamping kedua prinsip tersebut diatas, untuk mengefektifkan keterampilan bertanya, hendaknya menghindari hal-hal seperti berikut ini:
a.                   Mengulangi pertanyan sendiri
b.                  Mengulangi jawaban siswa
c.                   Menjawab pertanyaan sendiri
d.                  Mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
e.                   Mengajukan pertanyan ganda
f.                   Menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan.[19]

e.       Keterampilan bertanya lanjut
1.      Pengertian
Dalam kegiatan pembelajaran diatas telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pertama atau pembuka untuk mendapatkan keterangan atau informasi dari siswa. Utnuk menindak lanjuti pertanyaan pertama diikuti oleh pertanyaan berikutnya atau disebut dengan pertanyaan lanjut.
Dengan demikian pertanyaan lanjut adalah kelanjutan dari pertanyaan pertama (dasar) yaitu mengorek atau mengungkapkan kemampuan berfikir yang lebih dalam dan komperehensif dari pihak yang diberi pertanyaan (siswa). Keberhasilan mengembangkan kemampuan berfikir yang dilakukan melalui bertanya lanjut banyak dipengaruhi oleh hasil pembelajaran yang dikembangkan melalui pengggunaan pertanyaan dasar.[20]
Kemampuan bertanya lanjut sebagai kelanjutan dari bertanya dasar lebih mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan berfikir, memperbesar partisipasi dan mendorong lawan bicara agar lebih aktif dan kritits mengembangkan kemampuan berfikirnya. Melalui bertanya lanjut setiap siswa dirangsang untuk aktif berfikir melakukan berbagai aktifitas belajar, sehingga proses dan hasil pembelajaran akan lebih dinamis dan berkualitas. Oleh karena itu bagi setiap calon guru atau para guru keterampilan menerapkan bertanya dasar maupun lanjut harus dilatih dan dikembangkan  sehingga akan menjadi daya kekuatan utnuk menunjang kemampuan sebagai tenaga guru yang lebih profesional.[21]
2.      Tujuan dan manfaat bertanya lanjut
Tujuan dan manfaat dari keterampilan bertanya dasar masih relevan dan berlaku pula untuk kepentingan bertanya lanjut. Namun, untuk kepentingan bertanya lanjut, tujuan dan manfaat itu lebih luas lagi dan ada hal-hal yang belum terjangkau oleh tujuan dan manfaat dari pertanyaan lanjut yang dimaksud yaitu memungkinkan siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam mengatasi masalah atau mengembangkan kemampuan berfikir secara lebih tajam analitis dan komperehensif. Lebih spesifik tujuan dan manfaat dari bertanya lanjut adalah:
-          Mengembangkan kemampuan berfikir siswa untuk menemukan, mengorganisasi atau menilai atas informasi yang diperoleh.
-          Meningkatkan kemampuan siswa dalam membentuk dan mengungkapkan pertanyaan-pertanyan yang didasarkan atas informasi yang lebih lengkap dan relevan.
-          Mendorong siswa untuk mengembangkan dan memunculkan ide-ide yang lebih kreatif dan inovatif.
-          Memberi kesempatan untuk melakukan proses pembelajaran kepada hal-hal  yang lebih analitis, rumit dan kompleks.
3.   Penggolongan pertayaaan lanjut
-          Pertanyaan ingatan (knowledge), pertanyaan ingatan adalah jenis pertanyaan yang mengharapkan siswa dapat mengenal atau mengingat informasi
-          Pertanyaan pemahaman (comprehension)  adalah pertanyaan yang diarahkan untuk membuktikan bahwa siswa telah mempunyai pengertian yang cukup untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui sebelumnya.
-          Pertanyaan penerapan (application) adalah kemampuan mengingat, menginterpretasikan atau mendiskripsikan (menggambarkan) diperlukan dan menjadi salah satu indicator dari hasil pembelajaran.
-          Pertanyaan analisis (analysis) yaitu pertanyaan untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa secara lebih rinci, kritis dan mendalam, yaitu pertanyan analisis.
-          Pertanyaan sintesis (syntesis) pertanyaan ini digolongkan pada pertanyaan tingkat tinggi yang meminta siswa menampilakan pikiran-pikiran yang original dan kreatif.
-          Pertanyaan evaluasi. Pertanyaan ini digolongkan kepada pertanyaan tinggi bahkan merupakan puncaknya.
4.   Prinsip penggunaan bertanya lanjut
Prisip-prinsip yang berlaku pada keterampilan bertanya dasar berlaku pula sebagai prinsip bertanya lanjut, prinsip-prinsip tersebut yaitu antara lain kehangatan, keantusiasan, menghindari kebiasaan mengulangi pertanyaan sendiri, mengulangi jawaban siswa, menjawab pertanyaan sendiri, mengajukan pertanyaan ganda dan pertanyaan yang memancing jawaban serentak.[22]
Komponen-komponen yang termasuk dalam keterampilan bertanya lanjut:
-          terjadinya Pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan: untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa diperlukan pengubahan tuntunan tingkat kognitif pertanyaan.
-          Urutan pertanyaan: pertanyaan yang diajukan haruslah mempunyai urutan yang logis.
-          Melacak yaitu untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa yang berkaitan dengan jawaban yang dikemukakan, keterampilan melacak perlu untuk dimiliki oleh guru.
-          Keterampilan mendorong interaksi antar siswa.[23]

f.   Jenis-Jenis Pertanyaan Yang Baik
1.      Jenis pertanyan menurut maksudnya
a.       pertanyaan permintaan, yakni pertanyaan yang mengharapkan agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan.
b.      Pertanyaan retoris, yakni pertnayaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru.
c.        Pertanyaan yang mengarahkan atau menuntun, yaitu pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalamm proses berfikir.
d.      Pertanyaan menggali,yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong murit untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama.[24]
2.      Jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran.
a. Pertanyaan sempit, pertanyan ini membutuhkan jawaban yang        tertutup dan biasanya kunci jawabannya telah  tersedia.
-    Pertanyaan sempit informasi langsung
-    Pertanyaan sempi memusat.
b.    Pertanyaan luas
-  Pertanyaan luas terbuka
-  Pertanyaan luas memusat

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberi pertanyaan
1.      Sebelum memberi pertanyaan hendaknya guru sudah mengetahui jawaban yang dimaksud, sehingga jawaban yang menyimpang dari siswa akan segera dapat diketahui dan diatasi.
2.      Guru harus mengetahui pokok masalah yang ditanyakan dan memberi pertanyaan sesuai dengan pokok yang dibahas.
3.      Hendaknya guru memberi pertanyaan dengansikap hangat dan antusias agar murid berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, maka guru harus menunjukkan sikap yang baik diwaktu bertanya dan menerima jawaban dari siswa. Ada beberapa sikap yang perlu diperhatikan guru dalam bersikap diwaktu bertanya atau menerima jawaban.
a.       Menunjukkan gaya, ekspresi wajah, posisi badan dan gerakan badan yang baik dan tepat diwaktu memberi pertanyaan dan menerima jawaban.
b.      Memberi penguatan bagi siswa yang menjawab dengan benar
c.       Mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan cara yang simpatik.
d.      Apabila guru tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan yang diajukan siswa hendaknya tidak langsung menjawab dengan berbelit-belit atau menjawab dengan sekedarnya.
e.       Menerima jawaban siswa dengan menggunakan sebagai tolak uraian selanjutnya. Hal ini penting untuk mengaitkan bahan yang dibahas dengan materi yang sudah dimiliki siswa berdasarkan jawaban itu.
4. Hendaknya guru menghindari beberapa kebiasaan yang tidak perlu, yang bisa merugikan siswa dalam proses belajarnya.[25]

g.  Kelemahan dan kelebihannya
1.      kelamahannya
a.       mudah menjurus kepada hal yang tidak dibahas.
b.      Bila guru kurang waspada pedebatan beralih kepada sentiment pribadi.
c.       Tidak semua anak mengerti dan bisa mengajukan pendapat.
2.      kelebihannya
a.       memperrerat hubungan keilmuan antara guru dan siswa.
b.      Melatih anak-anak mengeluarkan pendapatnya secara merdeka, sehingga pelajaran akan lebih menarik.
c.       Menghilangkan verbalisme, individualisme dan intelektaulisma.[26]




BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN

Keterampilan membuka pelajaran merupakan skill atau kemampuan dasar yang dimiliki oleh setiap guru. Selanjutnya membuka pelajaran adalah kegiatan awal yang dilakukan oleh guru setiap kali mengawali kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk menyiapkan mental siswa dan sekaligus untuk memusatkan perhatian siswa kepada pelajaran yang akan dipelajarinya.
keterampilan dasar mengajar menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Keterampilan bertanya sangat penting dikuasai oleh guru, keterampilan ini merupakan salah satu kunci untuk meningkatakan mutu dan kebermaknaan pembelajaran. Dengan demikian setiap guru harus terampil  dalam mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan dalam pembelajaran bukan hanya untuk mendapatkan jawaban atau informasi dari pihak yang ditanya. Jauh lebih luas dari itu adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Untuk menjawab pertanyaan diatas, tampaknya kita perlu mengambil satu kesepakatan. Menurut G. A Brown  dan R. Edminson (1984). Mendefenisikan pertanyaan sebagai segala pertanyaan sebagai pernyataan yang menginginkan  tanggapan Verbal ( lisan). Dengan mengambil defenisi ini, kalimat diatas dapat digolongkan pertanyaan. Dengan perkataan lain, pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, tapi juga dalam bentuk kalimat pertintah atau kalimat pertanyaan.

B.    SARAN
              Kepada para pembaca semua sebagai calon guru kami menyarankan agar dapat menguasai keterampilan ini, karena keterampilan ini merupakan satu componen penting didalam memotivasi minat belajar anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,(Ciputat: Quantum Teaching, 2007


Raymond J. Wlodkowski, Judith H. Jaynes, Hasrat Untuk Belajar: Membantu Anak-anak Termotivasi Dan Mencintai Belajar, Penerjemah Nur Setiyo Budi Widarto, (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2004


E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi(cet.9), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),

Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Ciputat

Alqur’an dan  Terjemahannya, Semarang, Karta Toha Putra, 2006,

M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (cet.7), (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm, 92

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (cet.4), (Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2008),


http://ungeungee.blogspot.com/2012/04/makalah-keterampilan-dasar mengajar.html

Abdul Kodir Munsyi DIP.AD.ED dkk, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis untuk Calon  Guru, Surabaya: Al – Ikhlas, 1981

Dadang sukirman, dkk, Pembelajran Mikro, Bandung: Upi Press, 2006.

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang professional (edisi kedua), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

W. James Popham, dkk, Tekhnik Mengajar Secara Sistemaits. Jakarta: pt.rineka cipta, 2003.

H. udin. S winata putra, dkk, Strategi belajar mengajar, Jakarta: Universitas Terbuka, 2002.
.J. Hasibuan, dkk, Proses belajar mengajar Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

Soetomo, Dasar – Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Surabaya: Usaha Nasional, 1993.

.
.




























MAKALAH

KETERAMPILAN MEMBUKA PELAJARAN, KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN KETERAMPILAN BERTANYA

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Mikro Teaching




DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3
ARIYAL
SIMON PUTRA
REFI ARI WINANDAR

SEMESTER VII/ B/ PAI

DOSEN PEMBIMBING
WISNARNI,M.PdI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM  NEGERI
 ( STAIN) KERINCI
2012


[1] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,(Ciputat: Quantum Teaching, 2007), hlm, 99 
[3]Raymond J. Wlodkowski, Judith H. Jaynes, Hasrat Untuk Belajar: Membantu Anak-anak Termotivasi Dan Mencintai Belajar, Penerjemah Nur Setiyo Budi Widarto, (Yogyakarta: Pusat Pelajar, 2004), hlm, 33
[4] Ahmad Sabri, Op.cit., hlm, 101
[6]E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi(cet.9), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm, 101
[7] Al-Rasyidin dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta: Ciputat
[8] Alqur’an dan  Terjemahannya, Semarang, Karta Toha Putra, 2006,
[9] M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (cet.7), (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm, 92
[10] E. Mulyasa, Op.cit., hlm, 114
[11]Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (cet.4), (Jakarta: Kencana prenada Media Group, 2008), hlm, 43
[12] http://santridaruz.blogspot.com/2008/05/keterampilan-dasar-mengajar.html 
[13] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang professional (edisi kedua), (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.74
[14] W. James Popham, dkk, Tekhnik engajar secara sistemaits. (Jakarta: pt.rineka cipta, 2003), hlm. 89.
[15] Dadang sukirman, dkk, Pembelajran Mikro, (Bandung: Upi Press, 2006), hlm.177.
[16] H. udin. S winata putra, dkk, Strategi belajar mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), hlm. 179.
[17] Ibid, hlm. 180.
[18] Uzer usman. Op.cit., hlm. 77
[19] op.cit., hlm 182
[20] Op.cit  hlm. 182
[21] Ibid. hlm. 187.
[22] Ibid hlm. 189
[23] J.J. Hasibuan, dkk, Proses belajar mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 63.
[24] Moh. Uzer usman, hlm. 75.
[25] Soetomo, Dasar – Dasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993) hal.79.
[26] Abdul Kodir Munsyi DIP.AD.ED dkk, Pedoman Mengajar Bimbingan Praktis untuk Calon  Guru,(Surabaya: Al – Ikhlas, 1981), hal.70.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar