Minggu, 06 April 2014

makalah jual beli dan riba



BAB I
PENDAHULUAN

Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing berhajat kepada yang lain, supaya mereka bertolong tolongan, tukar menukar keperluaan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, baik dengan jalan jual beli, sewa menyewa, bercocok tanam, atau perusahaan yang lain-lain, baik dalam urusan diri sendiri maupun untuk keselamatan umum. Dengan cara demikian, kehidupan masyarakat menjadi teratur dan subur, serta bertalian yang satu dengan yang lain menjadi teguh.

Akan tetapi, sifat loba dan tamak tetap ada pada manusia suka mementingkan diri sendiri, supaya hak masing-masing jangan sampai tersia-sia dan juga menjaga kemaslahatan umum agar pertukaran dapat berjalan dengan lancar dan teratur, maka agama memberi peraturan yang sebaik-baiknya, karena dengan teraturnya muamalat, penghidupan manusia jadi terjamin pula sebaik-baiknya, perbantahan dan dendam-dendam tidak akan terjadi.

Sehubungan dengan hal demikian, maka dalam makalah yang sederhana ini kami membahas tentang : “Pengertian, Rukun-Rukun dan Syarat-Syarat Jual Beli”. Dengan pembahasan sebagai berikut.







1
 
BAB II
PEMBAHASAN

JUAL BELI DAN RIBA
I.     JUAL BELI
A.    Pengertian,Rukun-Rukun,Syarat-Syarat-Syarat Jual Beli
Jual Beli adalah : menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad)[1]
Firman Allah swt:
¨@ymr&ur ª!$# yìøt7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$# 4 ÇËÐÎÈ  
 Artinya : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Albaqarah : 275)[2]
Maksudnya:
 orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.

Firman Allah swt:
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#þqè=à2ù's? Nä3s9ºuqøBr& Mà6oY÷t/ È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ HwÎ) br& šcqä3s?
¸ot»pgÏB `tã <Ú#ts? öNä3ZÏiB 4 ÇËÒÈ  
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. (QS. Annisa: 29)[3]
2
 
Rukun Jual Beli
1.      Penjual dan Pembeli
a.       Berakal : agar dia tidak terkicuh, orang yang gila atau bodoh tidak sah jual belinya.
b.      Dengan kehendaknya sendiri (bukan dipaksa).
c.       Keadaannya tidak mubazir (pemboros) karena harta yang mubazir itu di tangan walinya.
d.      Balig (beumur 15 tahun ke atas/dewasa). Anak kecil tidak sah jual belinya. Adapun anak-anak yang sudah mengerti tetapi belum sampai umur dewasa, menurut pendapat setengah ulama, mereka dibolehkan jual beli barang yang kecil-kecil, karena kalau tidak dibolehkan, sudah tentu menjadi kesulitan dan kesukaran, sedangkan agama islam sekali-kali tidak akan mengadakan aturan yang mendatangkan kesulitan kepada pemeluknya.
2.      Uang dan benda yang dibeli
a.       Suci : najis tidak sah di jual, dan tidak boleh dijadikan uang untuk dibelinya, seperti kulit binatang/bangkai yang belum dimasak.
b.      Ada manfaatnya : tidak boleh menjual sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Mengambil tukarannya juga karena masuk dalam arti menyia-nyiakan harta yang terlarang dalam kitab suci.
c.       Keadaan barang itu dapat diserahkan : tidak sah menjual suatu barang yang tidak dapat diserahkan kepada yang membeli, seperti ikan dalam laut,  barang rampasan yang masih ditangan yang merampasnya, barang yang sedang diruguhkan (borg), sebab semua itu mengandung tipu daya (kecohan).
d.      Keadaan barang kepunyaan yang menjual, kepunyaan yang diwakilinya, atau yang menguasakan.
e.        Barang itu diketahui oleh sipenjual dan sipembeli, dengan terang zat, bentuk, kadar, (ukuran), dan sifat-sifatnya, sehingga tidak akan terjadi antara keduanya kecoh mengecoh.

B.     Dasar Hukum Jual Beli
šúïÏ%©!$# tbqè=à2ù'tƒ (#4qt/Ìh9$# Ÿw tbqãBqà)tƒ žwÎ) $yJx. ãPqà)tƒ Ï%©!$# çmäܬ6ytFtƒ ß`»sÜø¤±9$# z`ÏB Äb§yJø9$# 4 y7Ï9ºsŒ öNßg¯Rr'Î/ (#þqä9$s% $yJ¯RÎ) ßìøt7ø9$# ã@÷WÏB (#4qt/Ìh9$# 3 ¨@ymr&ur ª!$# yìøt7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$# 4 `yJsù ¼çnuä!%y` ×psàÏãöqtB `ÏiB ¾ÏmÎn/§ 4ygtFR$$sù ¼ã&s#sù $tB y#n=y ÿ¼çnãøBr&ur n<Î) «!$# ( ïÆtBur yŠ$tã y7Í´¯»s9'ré'sù Ü=»ysô¹r& Í$¨Z9$# ( öNèd $pkŽÏù šcrà$Î#»yz
Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.[4](Albaqarah:275)

Keterangan:
[174] Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
[175] Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
[176] Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan

C.    Bentuk-Bentuk Jual Beli
Mengenai jual beli yang tidak diizinkan oleh agama, disini akan kita uraikan beberapa cara saja sebagai cermin perbandingan bagi yang lainnya. Yang menjadi pokok sebab timbulnya larangan :
1.      Menyakiti sipenjual, sipembeli, atau orang lain
2.      Menyempitkan gerakan pasaran
3.      Merusak ketentraman umum

Disini akan kami paparkan beberapa bentuk jual beli yang dilarang adalah sebagai berikut:
a.       Membeli barang dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar sedangkan ia tidak ingin barang itu, tetapi semata-mata supaya orang lain tidak dapat membeli barang itu
b.      Membeli yang sudah dibeli orang lain yang masih dalam khiyar.
c.       Menghambat oarang-orang dari desa di luar kota, dan membeli barangnya sebelum mereka sampai kepasar dan sewaktu mereka belum mengetahui harga pasar
d.      Membeli barang untuk ditahan agar dapat dijual dengan harga yang lebih mahal, sedangkan masyarakat umum berhajat pada barang itu
e.       Menjual suatu barang yang berguna untuk menjadi alat maksiat bagi yang membelinya
¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 ÇËÈ  
Artinya: Hendaklah kamu tolong-menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. Al-maidah: 2)[5]
f.       Jual beli mengecoh, dalam suatu hadits telah diterangkan bahwa mengicuh itu haram, dosa besar. Jual beli tersebut dipandang sah sedangkan hukumnya haram karena kaedah ulama fiqh; larangan dalam urusan muamalat apabila larangan itu karena hal yang di luar urusan muamalat, larangan tidak menghalangi sahnya akad.

D.    Kyiar
Khiyar artinya boleh memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau mengurungkan (ditarik kembali, tidak jadi jual beli).[6]
Diadakan kyiar agar kedua orang yang berjual beli dapat memikirkan kemaslahatan masing-masing lebih jauh, supaya tidak akan terjadi penyesalan di kemudian hari lantaran tertipu.
 Macam-Macam Khiyar:
1.      Khiyar Majlis
Artinya : sipembeli dan sipenjual boleh memilih antara dua perkara tadi selama keduanya masih tetap di tempat jual beli.
2.      Kiyar Syarat
Artinnya : khiyar ini dijadikan syarat sewaktu akad oleh keduanya atau oleh salah seorang, seperti kata sipenhual: saya jual ini dengan harga sekian dengan syarat khiyar dalam tiga hari atau kurang dari tiga hari.
3.      Khiyar ‘Aibi (Cacat)
Artinya : sipembeli boleh mengembalikan barang yang dibelinya, apabila terdapat pada barang yang dibeli itu suatu cacat yang mengurangi maksud pada barang itu, atau mengurangi harganya.

II. RIBA
A.    Pengertian Riba
Menurut bahasa riba yaitu bertambah atau lebih.
Sedangkan menurut istilah riba adalah suatu aqad atau perjanjian yang terjadi dalam tukar menukar suatu barang yang tidak diketahui sama atau tidaknya menurut syara’atau dalam tukar menukar itu ada suatu tambahan meskipun tidak seketika itu menerimanya.(Prof.H.Chatibul Umam.Fiqih.1993:237)
$ygƒr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qè=à2ù's? (##qt/Ìh9$# $Zÿ»yèôÊr& Zpxÿy軟ÒB ( (#qà)¨?$#ur ©!$# öNä3ª=yès9 tbqßsÎ=øÿè? ÇÊÌÉÈ  
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.

B.     Sebab-sebab haramnya Riba
Adapun sebab-sebab diharamkan riba yaitu sebagai berikut:
a.       Karena allah dan rasulnya melarang atau mengharamkan nya.
b.      Karena riba menghendaki pengambilan harta orang lain denga tidak ada imbangannya.
c.       Dengan melakukan riba,orang tersebut menjadi malas berusaha yang sah menurut syara’.jika riba sudah mendarah daging pada seseorang,orang tersebut lebih suka beternak uang karna ternak uang akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada dagang dan dikerjakan tidak dengan susah payah.
d.      Riba menyebabkan putusnya perbuatan baik terhadap sesama manusia dengan cara utang piutang atau menghilangkan faedah utang piutang sehingga riba lebih cenderung memeras orang miskin dari pada menolong orang miskin. (Dr.H.Hendi Suhendi,M.Si. Fiqh Muamalah.2008:58-61).
C.    Macam-Macam Riba
Menurut para ulama fiqh,riba dapat dibagi menjadi empat macam yaitu:
a.       Riba fadli yaitu menukrkan dua barang yang sejenis dengan tidak sama timbangannya atau takarannya yang disyaratkan oleh orang yang menukarkan.
Contohnya:tukar menukar emas dengan emas,perak dengan perak,beras dengan beras,gandum dengan gandum dan sebagainya.
Supaya tukar menukar seperti itu tidsk termasuk riba,jual beli dan tukar menukar barang itu harus memenuhi 3 syarat yaitu;
1.tukar menukar barang itu harus tunai.
2.Timbangan atau takaran tersebut haru sama.
3.Timbang terima pada saat itu juga.
b.  Riba qardi yaitu utang dengan cara ada keuntungan bagi yang membari utang.
c.  Riba yad yaitu berpisah dari tempat akaq sebelum timbang terima.
Maksudnya:orang yang membeli suatu barang,kemudian sebelum ia menerima barang tersebut dari penjual,pembeli menjualnya kepada orang lain.jual seperti ini tidak boleh,seb jual beli ini masih dalm ikatan dengan pihak penjual pertama. Jual seperti ini dinamakan riba yad.
d.  Riba nasa’yaitu tukar menukar dua barang yang sejenis maupun tidak sejenis yang pembayarannya disyaratkan lebih,dengan diakhiri atau dilambatkan oleh yang yang meminjamkan. (H.Sulaiman Rasjid.Fiqh Islam.1994:290)





BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Jual Beli adalah : menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan cara yang tertentu (akad
Firman Allah swt:
¨@ymr&ur ª!$# yìøt7ø9$# tP§ymur (#4qt/Ìh9$# 4 ÇËÐÎÈ  
Artinya : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (QS. Albaqarah : 275)
Khiyar artinya boleh memilih antara dua, meneruskan akad jual beli atau mengurungkan (ditarik kembali, tidak jadi jual beli).

Menurut bahasa riba yaitu bertambah atau lebih.
Sedangkan menurut istilah riba adalah suatu aqad atau perjanjian yang terjadi dalam tukar menukar suatu barang yang tidak diketahui sama atau tidaknya menurut syara’atau dalam tukar menukar itu ada suatu tambahan meskipun tidak seketika itu menerimanya

B.     SARAN
Penulis menyadari bahwa ini jauh dari kesempurnaan, maka kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi sempurnanya makalah ini untuk masa yang akan datang.






9
 
DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an dan  Terjemahannya, 2006, Semarang, PT.Karta Toha Putra

Rasjid, Sulaiman, 1987, Fiqh Islam, Bandung, Sinar Baru

Alqur’an word, add-ins



















JUAL BELI DAN RIBA

M A K A L A H
Di ajuakan untuk memenuhi tugas pada mata kuliyah :
MATERI PAI






Di Susun Oleh ;
KELOMPOK 9
1.      ARIYAL
2.      REDI PUTRA
3.      EKI REALITA

                                                SEMESTER VII B/ PAI

Dosen pembimbing :
Drs.DARSI,M.PdI


MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAN NEGERI
( STAIN ) KERINCI
T.A. 2012/2013

228] Yang dimaksud Riba di sini ialah Riba nasi'ah. menurut sebagian besar ulama bahwa Riba nasi'ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.



[1] Rasjid,Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung, Sinar Baru, 1987, h.262
[2] Alqur’an dan  Terjemahannya, Semarang, Karta Toha Putra, 2006, h.36
[3] Ibid, h.65
[4] Alqur’an word, add-ins
[5]Alqur’an dan  Terjemahannya, Semarang, Karta Toha Putra, 2006, h.85
[6]Rasjid,Sulaiman, Fiqh Islam, Bandung, Sinar Baru, 1987, h.269

Tidak ada komentar:

Posting Komentar